Where is my liquidity??

Krisis Finansial Global

Krisis Finansial/keuangan global yang saat ini terjadi bukanlah merupakan berita baru lagi,, hampir semua orang mengetahui tentang krisis yang bermula dari Amerika Serikat yang katanya adikuasa (tapi tidak kuasa mengendalikan krisis) dan merembet ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Meskipun demikian, jarang orang-orang yang tahu asal mula atau sebab dari terjadinya krisis finansial ini. Disini kita akan mencoba menguraikan mengapa krisis ini bisa terjadi..

Bisa dibilang semua kekacauan ini terjadi karena menumpuknya tingkat kredit macet yang tidak terbendung lagi.. dari mana asal mula kredit macet itu??

Rumah (property) tidak meragukan lagi, melakukan salah satu alat investasi yang bisa dibilang sangaat aman. Kenapa? Karena harga property dari waktu ke waktu cenderung akan selalu mengalami kenaikan. Didukung dengen bunga KPR(Kredit Pemilikan Rumah) yang sangat rendah dan adanya aliran modal likuid dari Cina , Jepang dan Jerman yang memiliki kelebihan modal, sejak sekitar tahun 1987 Bisnis penjualan rumah menjadi bisnis yang sangat popular dan digemari di Amerika Serikat.

Saking mudah dan menggiurkannya bisnis ini, bahkan orang awam pun banyak yang ikut-ikutan terjun dalam bisnis ini. Bagaimana caranya?? Simpelnya, cukup dengan membeli rumah secara kredit,, lalu menjualnya kembali di masa datang ketika harganya sudah naik, dan kita dapat menikmati margin dari penjualan rumah itu.

Namun, apa yang terjadi ketika semua orang yang mampu mengambil KPR sudah punya rumah semua, sementara supply rumah masih membanjiri pasar?? Pedagang manapun tidak akan tinggal diam melihat barang dagangannya tidak laku, begitu juga dengan para “pedagang” rumah ini. Mereka tentu tidak akan tinggal diam dan akan memutar otak, memeras keringat agar rumah yang mereka jual laku.

Lalu timbullah ide yang sekilas terlihat brilliant,, yaitu mereka memberikan kredit itu pada orang-orang yang kemampuannya dibawah standar kelayakan pengambilan kredit sehingga kredit itu di beri nama “Sub prime Mortgage”. Asumsi mereka, apabila para debitur suatu saat mengalami gagal bayar, mereka tinggal menyita rumahnya dan kemudian menjualnya lagi, toh harga rumah akan terus naik. Sehingga para kapitalis itu berpikir mereka akan mendapat keuntungan besar, pertama dari cicilan para debitur sebelum mereka gagal bayar, dan kedua dari hasil penjualan rumah itu kembali setelah rumah itu mereka sita.

Ditambah dengan “restu” dari The Federal Reserve, di bawah komando gubernurnya pada saat itu, Alan Greenspan yang menerapkan bunga rendah dan pasar sebebas-bebasnya, bisnis kredit perumahan ini menjadi booming, bahkan surat utang para debitur dijadikan komoditi utama dan diperdagangkan secara luas baik di pasar uang atau pasar modal AS.

Waktu berlalu, ternyata pada tahun 2006 titik jenuh mulai terjadi. Orang yang tidak layak pun sudah tidak mau mengambil KPR lagi (entah karena mereka memang sudah mempunyai rumah, atau mereka sama sekali tidak memiliki uang untuk mengambil KPR). Akibatnya, karena semua orang sudah memiliki rumah (atau tidak butuh rumah), sedangkan masih banyak rumah yang belum berpenghuni, maka terjadilah excess supply akan rumah yang pada akhirnya membuat harga rumah jatuh. Di sinilah klimaksnya, pada saat yang sama ketika excess supply tadi terjadi, ternyata sangat banyak dari subprime mortgage yang sudah diambil mengalami kemacetan dan akhirnya mengalami gagal bayar.

Akibatnya kepanikan massal terjadi, bisnis yang sudah mendominasi pasar uang dan pasar modal ini collapse, banyak Bank penerbit surat utang tersebut mengalami kerugian karena banyaknya nasabah yang gagal bayar. Akibatnya sentimen pasar pun terjadi, dan harga saham pun anjlok drastis.

Kenapa efeknya bisa sampai ke Indonesia??
Tidak bisa kita nafikkan bahwa Amerika merupakan Negara besar dengan banyak investor yang menginvestasikan dananya di berbagai Negara. Di saat mereka mengalami kelangkaan likuiditas akibat krisis ini, akibatnya, mereka pun menarik dana-dana mereka dari Negara-Negara lain, termasuk Indonesia. Dollar ditarik, akibatnya kurs rupiah terhadap dollar melemah.

Mungkin secara mudah itulah gambaran asal musa krisis ini, meskipun pada kenyataannya jauh lebih kompleks dari ini. Wallahualam..